Jakarta - Kementerian Koperasi dan UKM mencatat ada peningkatan dari sisi perkembangan koperasi di Indonesia. Kontribusi koperasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) naik jadi 5,1%.
Kementerian Koperasi dan UKM, Rabu (31/7/2019), tren PDB koperasi terlihat terus bertumbuh. Pada 2014, PDB koperasi hanya tercatat 1,71%. Namun PDB koperasi pada 2017 melonjak menjadi 4,48% dan pada 2018 naik ke angka 5,1 persen. Secara nilai kontribusi koperasi pada 2017 sebesar Rp 451.953,01 miliar meningkat tajam menjadi Rp 753.842,32 miliar pada 2018. Artinya, terjadi lompatan PDB koperasi hingga tiga kali lipat dibandingkan tahun 2014. Lebih rinci perkembangan data koperasi secara nasional adalah modal sendiri Rp 181.028,35 miliar, modal luar Rp 166.878,46 miliar, volume usaha Rp 390.676,69 miliar, Sisa Hasil Usaha Rp 15.258,82 miliar.
"Ini merupakan salah satu indikator keberhasilan program Reformasi Total Koperasi," ujar Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga dalam keterangan yang diterima, Rabu (31/7/2019). Puspayoga mengatakan program Reformasi Total Koperasi sangat penting dalam melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas koperasi. Kualitas koperasi menjadi target utama, bukan dari sisi jumlah. Dia mencontohkan Koperasi Telekomunikasi Selular (Kisel) yang berhasil menerobos rangking 100 besar koperasi dunia, menurut World Cooperative Monitor (WCM). Kisel didapuk pada urutan ke-94 dunia dari 300 koperasi besar dunia. Berdasarkan kategori, Kisel menduduki peringkat pertama untuk kategori Other Services atau jasa lainnya. Di kategori ini, Kisel mengungguli Selectour dari Perancis dan Kiperasi Permodalan Felda Malaysia Berhad. "Amerika Serikat adalah negara kapitalis. Akan tetapi, 100 dari 300 koperasi besar dunia berasal dari Amerika Serikat," kata Puspayoga.
Namun dibandingkan dengan negara lain, PDB koperasi secara nasional terlihat memang masih lebih rendah. Misalnya, PDB koperasi di Singapura 10%, Thailand 7%, Perancis 18%, Belanda 18%, dan Selandia Baru 20%. Tingginya PDB tersebut mencerminkan koperasi di negara-negara tersebut sebagai kekuatan ekonomi yang sangat diperhitungkan. Ketertinggalan PDB koperasi Indonesia menjadi tantangan yang harus diatasi. Itu sebabnya, Kementerian Koperasi dan UKM melaksanakan Reformasi Total Koperasi untuk mengubah hal-hal yang prinsip dalam tata kelola koperasi. Reformasi dalam hal mindset atau pola pikir, bahwa koperasi merupakan lembaga ekonomi yang relevan hingga di masa depan.
Reformasi Total Koperasi dijalankan dalam lima tahun terakhir meliputi tiga agenda, yaitu pertama, Reorientasi, yaitu mengubah paradigma pendekatan pembangunan koperasi dari kuantitas menjadi kualitas untuk mewujudkan koperasi modern yang berkualitas serta berdaya saing tinggi dengan jumlah anggota aktif yang terus meningkat.
Kedua, Rehabilitasi yaitu memperbaiki dan membangun database system koperasi melalui Online Data System (ODS) untuk memperoleh sistem pendataan koperasi yang lebih baik dan akurat. Setelah melakukan rehabilitasi data melalui ODS, jumlah koperasi aktif menyusut menjadi 126.3434 unit. Dari jumlah tersebut yang telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebanyak 80.008. Sebelum reformasi, koperasi ada sebanyak 212.570 unit dan telah dibubarkan hampir 50 ribu koperasi.
Ketiga, Pengembangan yaitu meningkatkan kapasitas koperasi sebagai badan usaha berbasis anggota yang sehat, kuat, mandiri dan tangguh serta setara dengan badan usaha lainnya melalui regulasi yang kondusif, perkuatan SDM, Kelembagaan, Pembiayaan, Pemasaran dan kemajuan Teknologi.
Sumber : detik.com